Minggu, 01 Juli 2012

Ketidakpastian

Banyak pertanyaan yang sering muncul dalam kehidupan kita di dunia ini.

untuk apakah kita lahir di sini?
mengapa kita harus menghadapi masalah seperti ini?
apa makna dari hidup?
mengapa aku harus terlahir seperti ini?
apa tujuan dari hidup ini?

Seiring dengan bertumbuhnya kita menjadi satu manusia yang kokoh dan dewasa. Pertanyaan ini kadang masih tidak bisa terjawab dengan jelas. Apa sebenarnya makna di balik hidup ini.

Bisa dibilang segala sesuatunya tak memberikan satu jawaban jelas dan pasti. Sama seperti saat kita menyelam di air yang keruh. Kita tak pernah tahu dasarnya akan seperti apa.

Banyak hal yang tidak pasti di dunia ini. Tujuan hidup, alasan kenapa terlahir, alasan kenapa segala sesuatu kadang tak berjalan sesuai dengan yang kita harapkan. Namun apakah hal-hal seperti ini memang harus dipertanyakan setiap waktunya?

Saya merasa, di saat kita melihat begitu banyak kenyataan dalam hidup ini. Di saat kita melihat bahwa hidup ini selalu terdiri dari manis dan pahitnya. Maka segala seuatu akan terlihat serba tak pasti. Semua memiliki dua ujung yang berbeda, baik dan buruk. Namun apakah kita harus selalu menghindari akhir yang buruk dan mati-matian berjuang mendapatkan hasil yang baik. Karena kita sendiri juga sadar bahwa ada beberapa hal yang terdengar negatif dan tak pernah bisa kita hindari. Kematian.

Dua hal pasti yang akan mengawali dan mengakhiri siklus kehidupan kita di bumi ini, lahir dan mati. Namun dua hal ini pula yang tak pernah memberi kepastian kapan, apa, di mana, siapa, dan kenapa.

Kita terlahir ke dunia ini tanpa ada banyak pertanyaan. Dalam keluarga seperti apa kita akan terlahir, dengan siapa kita akan tumbuh besar, mengapa harus dilahirkan? Tak pernah ada hal seperti itu dipertanyakan sebelum kita lahir. Namun seiring kita bertumbuh dan berkembang pertanyaan ini selalu mencuat dan kadang untuk terus tetap hidup, kita harus mencari jawaban atas pertanyaan ini atau kalau tidak hidup akan terasa sia-sia dan tanpa arti sama sekali.

Seorang yang dekat dengan saya, pernah merasa asing dengan dirinya sendiri disaat dia sadar bahwa dirinya bukanlah anak kandung dari ayah dan ibu yang membesarkannya. Merasa asing dan merasa tidak diharapkan untuk lahir ke dunia. Ketidakpastian akan asal kehidupan dan rasa penolakan membuat dirinya berpikir negatif saat pertama kali menerima kenyataan ini.

Pada akhirnya kita lahir, tanpa tahu siapa ayah ibu kita. Pada akhirnya anak-anak lahir untuk memberi harapan. Tapi pada akhirnya kadang hidup ini penuh ketidakpastian, orang tua kadang membunuh harapan itu sendiri.

Pernahkah kita sendiri berpikir bahwa segala konsekuensi atas tindakan kita bisa saja juga memberikan satu ketidakpastian yang dalam pada orang lain dan ternyata ketidakpastian ini membekas dalam benak orang tersebut sampai orang ini bertumbuh dewasa. Sama seperti telah menuliskan satu tanda tanya di halaman besar kehidupan orang tersebut dan halaman ini bisa saja ditutup namun bisa dibuka kembali dan memperlihatkan tanda tanya yang sama dan jelas meski telah dilupakan selama suatu waktu.

Mungkin ada baiknya jangan mempertanyakan itu terus-menerus. Lebih baik disimpan dan direnungi. Kandang menuntut segala jawaban bisa terjawab dalam suatu waktu sama saja seperti berjalan terburu-buru sambil membawa baskom penuh air. Tanpa sadar mungkin saja nanti kita terjerembab jatuh dan menumpahkan semua air itu sehingga segalanya menjadi sia-sia.

Selasa, 22 Mei 2012

Rindu

Rindu, Kau selau hadir ketika ia tak ada Rindu, Kau membuat hatiku perih Setiap kali kau ada di sampingku Rindu, Mengapa engkau tidak pernah pergi? Mengapa engkau begitu menyiksaku? Rindu, Taukah engkau bahwa kau tak pantas hadir di sini? Rindu, Taukah engkau bahwa aku tidak bisa bersamanya lagi? Rindu, Taukah engkau bahwa kau selalu mengingatkanku padanya? Rindu, Kapan kau akan pergi?

Selasa, 03 April 2012

Malam Dingin

Malam ini
Hujan turun
Angin semilir
Membawa dinginnya udara kota kita
Ya kota kita yang gemerlap
Kota kita yang indah
Kota kita, kota bunga
Paris van Java

Di sinilah aku
Sendirian merantau dari metropolitan
Ke kota ini
Menempuh malam-malam yang dingin
Berjalan di tengah kegelapan
dengan angin mendampingi
berhembus di setiap langkahku
menggelitik mesra tanganku

dan bersama angin, jiwaku melayang

~vermillion

Sabtu, 04 Februari 2012

Lessons of Love

Aku tidak peduli. Seberapa besarnya perasaan itu kembali muncul ketika kita bertemu kembali, aku tahu, pada akhirnya sudah tak ada lagi jalan kembali. Aku tahu, mungkin saja perasaan itu tidak akan pernah hilang untuk selamanya. Bahkan jika kelak aku menemukan jalan yang baru, mungkin saja perasaan itu akan kubawa sampai kelak maut menjemputku. Tapi aku tak peduli. Aku akan jalan terus. Aku akan berlari. Berlari sekencang-kencangnya. Berlari hingga angin sanggup menerbangkanku. Toh, sampai detik ini aku tetap bertahan. Aku tidak sakit dan mati karena perasaan itu. Aku tahu, itu karena aku lebih kuat. Aku lebih kuat dari perasaan itu. Ya, aku lebih kuat dari dirinya.

Sudah setahun lebih sejak hari itu. Ya, hari dimana Ray akhirnya memutuskan untuk meninggalkanku. Walau berat aku akhirnya menyetujuinya karena memang kupikir memang tidak mungkin bagi kami untuk hidup bersama. Aku tidak akan pernah melupakan hari itu. Ketika akhirnya aku menciumnya dan memeluknya untuk terakhir kalinya. Perasaan sedih yang begitu meluap, bahkan terlalu sulit untuk diungkapkan dengan air mata.

Ah, rasanya sudah lama sekali saat itu. Jauh sebelum mengenal Ray aku hanyalah gadis desa yang lugu, idealis, egois dan kekanak-kanakan. Ya, aku dibesarkan di dalam keluarga normal dan harmonis serta lingkungan teman-teman yang juga memiliki keluarga normal dan harmonis. Berbeda sekali dangan Ray yang sangat profesional, dewasa, realistis dan sangat bertanggung jawab. Ray berasal dari keluarga broken-home. Ayahnya seorang pemabuk yang setiap hari selalu ribut dengan ibunya. Walaupun mereka akhirnya bercerai, sejak mengetahui kelakuan bejat menantunya, nenek dan kakek Ray segera menyelamatkannya dan merawatnya seperti anaknya sendiri. Karena sikap ayahnya pula keluarga Ray bisa dibilang sering mengalami jatuh bangun. Sangat kontras sekali latar belakang kami berdua. Mungkin benar apa yang pernah dikatakan Soe Hok Gie dalam sebuah puisinya, “ kita begitu berbeda dalam semua, kecuali dalam cinta”.

Awalnya kami hanya teman biasa. Tidak terlalu dekat tapi cukup saling mengenal. Aku tidak ingat pasti kapan sebenarnya kami benar-benar dekat. Hingga suatu malam, 22 September, ya aku ingat tanggal itu, ia membawakanku sekuntum bunga mawar merah. Mungkin kalian akan tertawa karena sekuntum bunga mawar merah terasa kuno. Lagipula mawar bukanlah bunga favoritku juga. Namun, aku ingat, itulah pertama kalinya aku berani jujur terhadap diri sendiri dan akhirnya berkata “ya” padanya. Sejak saat itulah hidupku benar-benar berubah.

Itulah pertama kalinya aku belajar tentang cinta. Perasaan yang kadang-kadang membuatmu melonjak kegirangan. Perasaan euphoria berlebih, rasa senang yang melebihi batas normal. Itulah yang kurasakan saat awal aku memulai hubunganku dengan Ray. Aku begitu bahagia ketika akhirnya aku bisa menemukan seseorang untuk berbagi. Tidak hanya itu, aku juga merasa senang karena ada orang yang memerlukanku untuk berbagi. Aku merasa sangat senang karena hal ini berlangsung dua arah. Ya itulah pelajaran pertamaku tentang cinta. Perasaan bahagia karena bisa saling berbagi.

Seiring berjalannya waktu aku semakin mengenal Ray. Ternyata jauh diluar dugaanku, ia luar biasa manja, terutama saat sedang sakit. Walaupun tingkah laku dan pemikirannya menunjukkan kedewasaannya, tetapi ketika sakit ia benar-benar jauh berbeda. Seperti superman yang bereaksi terhadap batu kriptonit. Ia seorang yang tegar namun juga rapuh dalam berbagai sisi. Ia sanggup menghadapi jatuh bangun kondisi keluarganya. Akan tetapi bak yatim piatu, ia adalah seorang anak laki-laki yang haus akan kasih sayang orang tua yang kurang dia dapatkan semasa kecil. Ia sering kali terlihat iri saat melihat anak-anak kecil bermain di mall, ditemani orang tua mereka, dipeluk dan digendong. Sebuah hal kecil sederhana yang tidak pernah ia alami.

Di satu sisi, aku sering kali memikirkan, apa yang bisa kulakukan untuknya. Ya, aku berharap bisa memulihkan dia dari rasa sakit hatinya terhadap orang tuanya. Namun aku selalu dibingungkan dengan langkah-langkahku sendiri. Ketika kucoba membicarakan hal ini dengannya, ia dengan tegas menolak untuk membicarakannya. Kadang-kadang melemparkan pertanyaan yang tidak bisa kujawab sehingga aku terlihat bodoh. Seolah-olah argumenku tidak ada unsur kebenarannya setitik pun.

Mungkin hal itu pula lah yang sering membuat kami bertengkar. Kadang aku merasa tidak pernah melakukan apa-apa untuknya. Entahlah, rasanya sekarang aku sudah tidak ingat lagi apa saja yang membuat kita bertengkar. Terlalu banyak perdebatan yang penyebabnya saja aku sudah lupa. Pelajaran kedua tentang cinta, tidak ada cinta yang benar-benar mulus.

Setelah akhirnya memutuskan untuk berpisah, hari ini aku bertemu lagi dengannya. Seketika itu juga aku merasakan sentakan-sentakan emosi yang aneh. Perasaan senang, sedih, takut, marah bercampur aduk menjadi satu. Tetapi jauh dari semua itu, rasa rindulah yang paling menguasai diriku saat itu. Aku rindu saat-saat yang pernah kita habiskan berdua. Sekedar pergi ke kantin untuk bertemu, berbaring di atas kasur sambil merangkul satu sama lain, merebahkan kepalaku ke bahunya..... Ah, indahnya saat-saat itu.

“Hai!”, itulah kata pertama yang keluar dari mulutku, aku tidak tahu lagi apa yang harus kukatakan padanya selain “Hai!” dan memberikanya sebuah senyuman. Ia pun membalas dengan kata yang sama, “Hai!” sambil memberikan senyuman. Kami pun saling bertukar pandang satu sama lain. Saat itu aku mulai mengerti apa itu cinta.

At that moment, I feel like the time stopped. He stopped to give us time to cherish the love inside our heart. To feel the desire of having love in our heart. To make us believe that love will find a way. This is the most important lesson. Once you know what love is, you will never forget....

Sabtu, 14 Januari 2012

The Awkward Moment with Vietnamese

Okay put it like this. I live in the dormitory and in this place we got a lot of foreign students, not only Taiwanese. One of the freakiest nationality that I found out living in the dorm is the Vietnamese (not trying to discriminate them but still I find it awkward to talk with those people).

Basically I cannot say that most of the Vietnamese are bad or something sounds like that. But I just met one of the weirdest person and she is from Vietnam. So I just put everything came from her just showing her nature as a Vietnamese.

The awkward moment basically began when I usually came to my friend’s room. My friend just sharing a room with a Vietnamese girl, call this V-girl as A. This A has a friend who are also Vietnamese who we called her as B (basically I don’t know her name but always bump into her whenever I go… gosh!)

This B girl, from the very first time I met her, was trying to be nice in front of me. She always greets me whenever we meet and sometimes do something to distract my attention to her.

For example, one day, I came to the school cafeteria. While I was choosing something to eat from the buffet, she came to me, but I didn’t realize she was coming to me.

At the same time, the cafeteria owner also trying to open a conversation with her. Yes, I’d been distracted at that time because I think the owner were trying to talk with me instead of her.

But at the moment they were finished their conversation, she is coming near me. At the very moment, I thought she just gonna take one of the food near beside me. But suddenly she talked.

“You know, today I’ve an presentation in my class.”
I just kept silent, and thought she was talking again with the owner.

“Hey, I’ve just finished my presentation today.”

weird uh, is she talking with me? That was exactly what it thought at that time.

“Oh, what presentation that you brought today?”
”Oh it’s an english presentation, and bla bla bla…..”
Okay so basically she was trying to open a conversation with me without any greetings for the opening.

“How’s your test?” she asked me.
”Kinda difficult as always.”
”Hey, keep fighting you can do it.” she was smiling.
'”thanks” started to feel weird.

After that I moved to the owner and asked him how much that I need to pay for my food. What I want to do was just walk away as fast as I can from that place.

I don’t know why, but I just felt weird to talked with her.

And the other awkward moment just happened several days ago.

So this B Vietnamese girl was lived next to my room. When I just opened my door and look to my left hand side I found her also getting out from her room look exactly at me.

And suddenly she just giving me her best smile.

At the very moment I just smile lightly to her, and closed my door again.
I suddenly forgot the purpose of going outside of my room.
I just don’t want to meet her. just don’t want to. T_T

Why I can say I felt awkward, I barely talk to her. why she suddenly trying to be nice in front of me. Weird….
but whatever….
hahahahahahahahahahahahahahahaha
I just don’t want the same things that already happened when I was in junior high and in high school will be happening again in here. . .