Minggu, 31 Januari 2010

..lalu apa bedanya manusia?

Kingdom: Animalia
filum: Chordata
kelas: Mammalia
Ordo: Primates
Famili: Hominidae
Subfamili: Homininae
Tribe: Hominini
Genus: Homo
Species: H. sapiens

Lihat kan? Ini klasifikasi manusia.

apa bedanya manusia dengan makhluk hidup lainnya?
mari kita lihat bersama2

manusia merasa lebih tinggi karena mereka bisa berpikir
Salah besar! Bahkan lumba2 pun bisa berhitung

manusia merasa lebih tinggi karena mereka hidup terorganisir
Lihat lebah! mereka punya ratu dan pekerja, apa itu bukan organisasi?

manusia merasa lebih tingi karena mereka bisa membuat rumah
Hah? burung bisa membuat sangkarnya, singa menempati gua,
bahkan semut mebuat ruang2 di dalam tanah layaknya rumah manusia

manusia merasa lebih tinggi karena mereka sendiri yang menciptakan hukumnya
mereka terlalu angkuh dan bernafsu untuk menguasai

Padahal sains juga telah membuktikan
bahwa manusia sebagai makhluk hidup memiliki nama binomial
seperti hewan dan tumbuhan lain
manusia memiliki klasifikasi
seperti hewan dan tumbuhan

apa bedanya manusia dengan hewan?
hati nurani dan akal budi?
apa mereka saat ini masih memilikinya?
atau mereka sudah tidak lagi mempedulikannya
dan berbuat semau mereka

mereka tidak lagi mengikuti hati nurani
mereka sudah bertindak berdasarkan insting

apa yang seperti pantas disebut lebih bermartabat dari hewan dan tumbuhan?
bahkan tumbuhan dalam diamnya menghidupi para hewan

Jadi, apa yang membuat manusia berbeda?

~vermillion92

Rabu, 27 Januari 2010

Manusia

Manusia

Setiap orang selalu merasa dirinya telah memberikan yang terbaik pada orang lain, tanpa menyadari bahwa apa yang diberikan Tuhan dalam hidup ini jauh lebih baik daripada apa yang bisa diberikan oleh manusia lain.

Setiap orang selalu merasa belum mencapai yang terbaik untuk dirinya sendiri, tanpa menyadari bahwa mereka telah menumpuk sesuatu yang disebut dengan harta tanpa menyadari bahwa apa yang mereka dapatkan bisa menghidupi mereka sampai mereka masuk ke liang kubur.

Setiap orang selalu merasa menginginkan lebih dari pada apa yang telah mereka dapatkan, tanpa menyadari bahwa mereka perlu mensyukuri apa yang telah mereka miliki dan melihat apa yang mereka punya dan orang lain tak punya.

Setiap orang selalu merasa kalau Tuhan itu kejam, karena Tuhan selalu membuat segala sesuatu memiliki lawannya, seperti kebaikan dengan kejahatan, lapar dan kenyang, sehat dan sakit. Tanpa tahu bahwa tanpa adanya hal-hal negatif kita tak akan pernah menghargai hal-hal yang positif.

Setiap orang selalu menginginkan kekuasaan, di mana dia bisa membuat orang lain melakukan apa pun yang mereka inginkan. Tanpa menyadari bahwa kekuasaan Tuhan jauh lebih besar dari pada kekuasaan manusia.

Manusia selalu menganggap dirinya setara dengan Tuhan, tanpa pernah tahu benarkah Tuhan itu ada atau hanyalah omong kosong belaka.

Manusia mengangungkan agama yang mereka ciptakan tanpa menyadari bahwa apapun yang diciptakan manusia pasti memiliki kelemahan dan tak ada yang sempurna.

Manusia…. Itulah sifat dasar Manusia

(untitled yet)

Aku berada di depan gerbang neraka, mungkin aku hanya membayangkannya seperti itu. Tapi aku merasa seperti itu. Seolah dunia tempat aku hidup ini adalah jalan panjang menuju kematian yang berujung pada neraka. Tak ada lagi ketulusan dan kepolosan dari wajah dunia yang memancarkan kehangatan dari senyum dunia ini.

Sekian lama aku mencoba lepas dari keterpurukan yang ada di dunia yang hampir seluruh isinya hanyalah kebohongan. Aku mencoba untuk menciptakan sebuah cahaya kecil di tengah kegelapan dunia ini. Namun cahaya itu pada akhirnya harus tenggelam ke dalam kegelapan yang terlalu pekat untuk diisi oleh sebuah lilin kecil.

Hatiku hancur karena semua harapan yang kubangun dari cahaya kecil itu akhirnya padam. Api semangatku pun ikut padam. Aku yang semula adalah orang yang bisa menghadapi masalah dengan senyuman menjadi membenci cahaya yang tak bisa memberikan kehangatan dalam hidupku. Aku menjadi skeptis dan pesimis dalam menghadapi masalah-masalah dalam hidup. Aku menjadi aku yang berbeda.

Dulu aku percaya Tuhan itu ada, Tuhan itu menjaga dan melindungi mereka yang membiarkan hatinya tetap murni dan tak tercemar. Tapi sekarang yang kusadari adalah tuhan tak pernah ada. Jika dia memang ada, mengapa cahaya kecil yang dulu pernah kuperjuangkan agar tetap menyala dalam kegelapan harus padam?

Orang-orang di sekitarku mulai mempertanyakan tujuan hidupku, dan aku hanya menjawabnya dengan kata ‘kematian’. Aku tak tahu lagi ke mana aku harus berjalan. Selama ini terlalu banyak celah-celah suram telah kulewati, seolah dunia menjadi neraka kecil tanpa batas dan tak pernah habis. Dunia ini tak pernah seterang dahulu di saat kau masih kecil, di saat orang tuamu hanya mengajarkan hal baik pada dirimu. Dunia ini telah menunjukkan sisi jahat dan terkelam dari apa yang selama ini bisa kita bayangkan. Dan aku tak bisa menaruh apa-apa pada dunia yang telah menjadi tua dan membusuk ini.

Sekali lagi, kematian menjadi pangkal dari hidup setiap orang. Akhir dari kehidupan setiap orang adalah kematian, bukan menjadi orang sukses, terkenal, dan kaya. Semua hanya terangkum dalam satu kata, Kematian! Tak peduli seberapa hancur kariermu dan seberapa banyak hartamu, hidup harus diakhiri dengan kata kematian. Dan akhirnya aku menjadikan kematian sebagai tujuan dari hidupku. Dan orang-orang yang mendengar aku berkata tentang kematian malah semakin menjauhiku dan menghindari kenyataan sederhana yang kuungkapkan.

Aku berkata tentang kematian, bukan berarti aku ingin menghabisi diriku sendiri, mencoba bunuh diri atau terbunuh dengan sengaja. Namun aku tahu, aku tak pernah menginginkan hidup, namun pada akhirnya aku hidup di dunia seperti ini, dunia yang tak kutahu di mana letak kebenarannya. Berarti aku tak berhak menentukan tentang kelahiranku dan aku pun tak berhak menentukan kapan aku mati, biarlah itu menjadi urusan dunia ini atau urusan orang lain yang hanya menganggap keberadaanku di dunia ini harus diberantas.

Skeptis, itulah aku.
Pesimis, buat apa aku optimis dengan keadaan yang selama ini malah semakin memburuk.

Jumat, 22 Januari 2010

Blindfolded Archer

It’s just “change” that we can’t change in this world. There are a lot of changes I met since I woke up from hibernate. Time keeps running and doesn’t care about everything. When the time runs, I don’t realize that the fog has come. I thought I still could see my target. I have set my target for a long time. I have done well in shooting exercises. But suddenly the fog came and night made it worse. How can even an expert archer success kill their target if they can’t see it clearly? But if I choose to stop shooting my arrows, then I won’t be an archer anymore.

Someone had told me, “If you can’t bury the hatchet, you can choose to attack. If you can’t attack you can’t choose to defend. If you can’t defend, you can choose to quit. If you can’t to quit, you can choose to die.”

I can’t attack nor defend. But I don’t want to quit. I don’t even know if I want to die or not. Sometimes part of myself hope that I won’t see tomorrow anymore. But somehow I’m still hoping that the fog will disappear and I could kill my target. I want to fulfill my ambition and I have to fight for my pride as an archer. But I’m too exhausted. I can’t see it clearly now, and I can’t remove the fog.

And right now, I’m just a blindfolded archer.

~vermillion92