Kamis, 26 Februari 2009

life is not as beautiful as we can imagine

TC thanks, you want to understand my situation. I have a hard time, my grandpa have been stay in hospital for a week. And I don't know what will happen to him next...

Vermillion, same thing to you. Thanks coz you want to listen for what i had told you when i was really confuse with many things. I know, you have a hard time now. And both of us don't know, how long this situatoin will last. But remind yourself that you always have someone who want to listen to you and try to understand what's your feeling...

Rein

It's Complicated

My life
My World
It's complicated
My House
My School
It's compllicated
My Love
My Friend
It's compllicated

~vermillion92

Rabu, 25 Februari 2009

I Don't Understand

First, I want to say thanks to Rein for the comments and critics about me.
I appreciate that really much.
Second, well… What is stated below, it’s only something that I need to say.
This is not specifically addressed to you,it's in general context and it's only a little shout out from me.

Well, I don’t and can’t understand at all why it turns out like this.
My life…
All problems keep spinning around.
It has been really tough for me these days.
Well, I guess everybody has their own problems.
Maybe my problems aren’t that severe and hard like you guys have.
But, for someone like me, those problems are bothering me enough until I almost reach my limit.
I trusted, I believed and I rely to someone.
But, unfortunately, I have to be disappointed again.
I don’t understand again and again each time it happens.
Even I try really hard; I think my social life can’t be changed.
So, I am ready.
Just tell me if you hate me already.
You know, not all thing can work out just what we have expected.
If you don’t think that we can be together again, just tell me.
We have to face our own bumpy road.
There are times when we have lost each other.
So, rather than forcing you to be my friend, we can say goodbye to each other.
Goodbye is something common.
Each of us has to face goodbyes.
If we can’t be happy again like what we used to be, so, why not?
Thanks for the great time you had gave me in the past.
Let’s just make that as good memories and face our future.
Separate ways isn’t really bad.

Tormented Complex (TC)

Minggu, 22 Februari 2009

TC please read this

Terima kasih Tuhan, karena hari ini gw telah melewati sebuah lomba dengan gagal total. Ikut lomba programming tapi gak satu soalpun gw bisa. Hahahaha Tapi gw tetap bersyukur karean salah satu beban gw udah ilang…

Selain itu, akhir-akhir ini gw merasakan kejemuan yang amat sangat saat gw berada di sekolah. Bukan karena anak-anaknya yang gak enak, justru kelas gw cenderung makin kompak dan saling support. Tapi jujur aja gw kurang begitu menyukai suasana yang terlalu akrab untuk masa-masa seperti sekarang ini. Karena saat ini gw butuh waktu untuk kembali menilai diri gw ini siapa…

Selain itu, gw pengen bilang ma TC:
Maaf, gw gak bisa bersikap seperti dulu lagi, karena memang begitulah gw yang saat ini. Semoga lu bisa menerima perubahan sikap gw. Bukan berarti gw gak sayang lagi dan gak memperhatikan lu lagi. Dalam hal ini gw gak bisa menunjukkan emosi gw yang sebenarnya di hadapan lu. Karena memang gitulah keadaannya. Bukan karena gw juga benci sama lu, tapi kadang cara gw menyampaikan sesuatu gak kena ke lu. Kadang gw butuh waktu untuk sendiri. Kadang gw butuh didengar dan bukan dinasehati. Kadang gw butuh waktu untuk berkumpul sama lu tapi bukan berarti gw akan menanggapi segala sesuatu yang lu keluhkan. Karena dengan mengeluh ke gw, bukan berarti segala sesuatunya akan berjalan sesuai dengan keinginan lu.
Selain itu, kadang gw berdiam diri, bukan berarti gw marah, bukan juga gw gak mau memperhatikan keadaan lu lagi. Tapi karena gw hanya ingin diam, tidak mau unutk menanggapi segala sesuatu yang dikatakan orang. Hanya ingin berhenti sejenak dan diam di samping seseorang. Bukan berarti gw marah karena sapaan lu yang berlebihan. Gw tahu ini emang gak enak buat lu. Karena sikap gw saat ini jauh berubah ketimbang dulu.
Di sisi lain, gw melihat, sebenernya lu tuh cukup peka dengan perasaan orang, tapi demi kedewasaan lu sendiri gw berharap lu belajar untuk tidak bersikap terlalu berlebihan. Gw ngerti kadang lu tidak mudah puas dengan segala hasil pekerjaan lu. Tapi bukan berarti lu tidak bisa mensyukuri apa yang lu miliki saat ini. Ada saatnya untuk mengeluh, namun ada pula saatnya untuk mengucap syukur.
Kenapa gw sampe ngomong gini ke lu? Karena selama ini gw lihat penyebab orang tidak mau mendekat sama lu karena mereka menganggap lu itu sudah cukup bisa dan paham akan segala sesuatu, tapi lu gak punya kepercayaan diri untuk menunjukkan bahwa lu bisa dan malah akan merajuk dan berkata lu gak bisa apa-apa.
Dalam hal ini gw pengen lu belajar ngeliat kapasitas diri lu. Melihat dari sudut pandang orang lain. Bukan dari sudut pandang lu sendiri. Dengan begitu lu bakal ngerti apa yang menjadi alasan dari orang-orang yang tidak mengerti diri lu seutuhnya.
Gw ngomong gini bukan buat ngecilin hati lu. Tapi gw harap lu mau belajar dewasa dalam menghadapi masalah-masalah yang cepat atau lambat harus dan akan lu hadapi. Karena kalo lu gak belajar dewasa, selamanya lu akan terus tergantung dengan orang lain.
Ada beberapa hal yang memang membutuhkan support dari teman dan sahabat. Tapi ada hal-hal lain yang harus kita perjuangkan sendiri. Karena itu sedikit banyak mulai dari sekarang lu harus mulai menentukan cita-cita yang paling dalam dari dasar hati lu. Bukan karena pengaruh teman ataupun orang tua. Karena pada saatnya nanti, masa depan adalah akan menjadi milik lu sendiri dan bukan milik orang lain. Jangan sampe lu kecewa dengan pilihan yang ditentukan oleh orang lain dan mulai menyalahkan orang lain karena hal tersebut.

Rein

Sedikit setimentil

Ini adalah sebuah tulisan yang pernah gw buat waktu SMP. Bisa dikatakan ini adalah remake dari apa yang gw ingat akan tulisan yang sempat gw buat itu.


Semua orang pergi meninggalkanku
Menjauh begitu saja
Seolah aku ini nista
Lebih rendah dari sampah
Tak ada sapa dalam kata-kata mereka
Yang ada hanya makian dan cacian
Dan aku kembali sendiri
Meratapi nasibku yang dikutuk oleh para dewa

Namun kamu berbeda dari semua orang
Kamulah satu-satunya yang mau menerima diriku
Meski aku berusaha untuk menjauh
Karena kehadiranku di sisimu hanyalah menjadi sebuah petaka bagi dirimu
Tapi kau tetap mau menemaniku

Kenapa kau tetap menemaniku
Aku tidaklah pantas untuk mencintai dan dicintai
Aku tidaklah pantas untuk berada di sisimu
Ku menjauh darimu demi kebaikan dirimu
Aku tak mau kau jatuh ke dalam kutukan yang sama denganku

Dan akupun menangis di hadapanmu
Aku tak ingin menyakiti dan melukai dirimu yang tak pernah merasakan penderitaan yang pahit seperti diriku
Dan aku pun berjalan menjauh darimu sambil terisak
Dalam hati aku memohon agar kita tak pernah dipertemukan lagi

Namun kau berjalan mengejar diriku
Menarik tanganku dan mendekapku ke dalam pelukan hangatmu
Dan tangisku pun semakin menjadi

Karena aku tahu apa yang terjadi nanti akan lebih menyakitkan
Kenapa kau tidak pergi saja dan meninggalkanku sendiri
Tak ada gunanya menyayangi orang yang tak patut kau sayangi
Ku berusaha menjauh darimu sedari dulu
Namun kau tetap mencari dan menemukan dirimu
Kenapa semua ini harus terjadi
Semua kulakukan bukan demi diriku sendiri
Tapi demi kebaikanmu…

Rein

Q & A

Apakah kamu pernah terpikir olehmu untuk mati?
Pernah, barangkali sering. Mungkin berkali-kali. Entahlah, aku tak pernah berusaha untuk menghitungnya.

Pernakah kamu berharap bahwa saat kamu tidur dan ketika kamu terbangun duniamu telah berubah?
Ya, seringkali aku berharap pada saat aku bangun dari tidur, aku telah melewati semua masalah dengan baik dan tanpa cacat cela. Aku telah melewati berbagai kesulitan yang ada dalam hidupku dan tak perlu merasakan penderitaan lagi. Kadang aku berharap ketika aku bangun aku telah pergi dari duniaku yang sebelumnya.

Kamu pernah membenci hidupmu?
Tidak mungkin berkata tidak pernah, karena ada bagian-bagian menyakitkan dari hidup ini yang ingin kuhilangkan. Sehingga terpikir olehku untuk membenci hidupku dan diriku sendiri. Berharap aku mati muda dan tak perlu menghadapi segala macam cobaan.

Apa yang membuatmu tetap bertahan hidup?
Aku ingin membahagiakan orang-orang terdekatku. Pada akhirnya kusadari seberapa besar arti keberadaanku bagi orang lain. Dengan begitu, aku mempunyai alasan untuk tetap menjalani hidupku saat ini. Dengan melihat senyum dan tawa bahagia mereka, aku bisa mendapatkan kekuatan untuk tetap bertahan hidup hingga hari esok tiba.

Apa yang membuat dirimu merasa menderita?
Saat orang lain harus merasakan kepedihan yang semestinya tidak mereka rasakan. Saat mereka menangis karena disakiti oleh orang lain. Saat orang-orang yang kucintai merasakan kepedihan dari kenyataan hidup.
Aku selalu berharap dapat menggantikan mereka untuk menahan semua rasa sakit itu. Dengan begitu aku tak perlu melihat mereka menangis. Aku akan kuat menghadapi segalanya dengan melihat tawa mereka.

Itukah sisi keegoisanmu?
Ya, itulah cermin keegoisan yang ada dalam diriku.

Tapi selama ini kau tak pernah menganggap dirimu layak untuk dicintai
Karena buat apa mencintai dan menyayangi iblis yang ada dalam diriku.

Kenapa kau berkata ada iblis dalam dirimu?
Karena akulah yang membukakan pintu baginya untuk masuk dan menjadi bagian dalam diriku. Dan tak ada artinya menyayangi seorang iblis, karena yang diharapkan oleh orang sepertiku adalah keegoisan dalam diriku terpenuhi.

Rein

SEBELUM SEMUANYA TERLAMBAT

“Jadi selama ini, itu yang terjadi dalam hubungan kita! Jadi selama ini kamu membohongi aku!” itulah yang terdengar dari kamar orang tuaku di pagi ini. Suara ibu terdengar begitu getir dan sarat akan emosi. Semenjak kejadian di pagi itu kehidupan keluargaku berubah.

Kemarin, aku pulang dari rumah temanku yang jaraknya cukup jauh dari rumahku. Sepulang sekolah aku langsung mampir ke rumah teman, sehingga aku baru sampai di rumah kurang lebih menjelang malam. Ketika aku sampai di depan pintu rumahku, kulihat ada mobil ayahku terparkir di depan garasi. Tumben ayah sudah pulang, batinku. Saat aku masuk ke dalam rumah, kulihat ayah sedang duduk di sofa ruang tamu sambil merokok dan menatap laptop di depannya. Dia masih berpakaian rapi. Rupanya dia baru saja pulang, sama seperti aku yang masih memakai seragam putih abu-abu.

Aku mencoba untuk menegur ayah, “Yah, tumben pulang cepat.” kataku.

“Aldo, ngapain aja kamu dari tadi? Baru pulang jam segini!” bukan respon seperti ini yang aku harapkan.

“Dari rumah Dani, Yah. Kan ngerjain tugas kelompok bareng.”

“Tapi bukan berarti kamu bisa pulang selarut ini!” Bukan memaklumi perbuatanku, ayah malah memarahiku. Aku pun menjadi emosi, lebih baik kutinggalkan dia, daripada bertengkar karena masalah sepele.

“Baiklah, Yah. Maaf.” Buru-buru aku meninggalkan dia.

“Tunggu, Aldo….”

Tanpa mempedulikan kata-kata ayah, aku langsung naik ke lantai 2. Aku ingin bersiap-siap untuk mandi dan berusaha menghapus kekesalan terhadap ayah yang mempersoalkan masalah sekecil itu. Saat aku melewati kamar orang tuaku, kudengar isak tertahan dari kamar itu. Kuketuk pintunya, tanpa menghiraukan apa jawaban dari dalam, aku langsung membuka pintu. Ternyata kulihat ibu sedang menangis dan terisak.

Sambil mendekat ke arah ibu, aku mencoba bertanya, “Ada apa, Bu.”

Cepat-cepat dia menghapus air matanya dan merapikan raut wajahnya.

“Tidak apa-apa, Do. Tidak ada apa-apa.” dia berusaha menutupi kesedihan di wajahnya.

“Tidak mungkin Ibu menangis tanpa alasan. Katakanlah pada Aldo, Bu. Mungkin dengan begitu perasaan Ibu menjadi lebih baik.” kudekap ibuku, berharap dia dapat merasakan betapa aku menyayanginya dan ingin melihat senyum di wajahnya.

Ibu menghela napas dan memelukku. Mungkin terlihat konyol untuk anak laki-laki seusiaku masih bermanja-manja dengan ibu. Namun aku tak peduli, karena aku amat sayang padanya. Akhirnya dia berkata, “Sudahlah, Do. Ibu tak mau kamu merasa terbebani dengan masalah yang sedang Ibu hadapi.”

Aku tak lagi berusaha untuk membuatnya menceritakan masalahnya kepadaku. Seba ibuku adalah orang yang keras kepala, bila dia sudah meyakinkan orang sampai dua kali, keputusannya tak akan berubah lagi. Aku memandang kekeras-kepalaan ibuku ini sebagai sifat yang membuat ibuku sukses mengasuh dua anak laki-lakinya yang nakal, yaitu aku dengan adikku.

“Bu, ada apa dengan Ayah? Pulang kerja kok jadi marah-marah sama Aldo gara-gara aku pulang terlambat.” kucoba bertanya siapa tahu ibu mengetahui apa yang terjadi sehingga aku dapat memaklumi kelakuan ayah yang berbeda dari biasanya.

Tapi raut wajah ibu sedikit berubah, seolah menyiratkan dia tak ingin membicarakan hal tersebut di depanku. “Ibu tak tahu, Do. Lebih baik kamu tanya langsung saja ke Ayah.”

Aku tak mencoba menanyakan lebih jauh lagi. Aku pun tak berusaha bertanya langsung pada ayah, karena itu sama saja seperti berlari-lari di tengah ladang penuh ranjau. Aku masih penasaran dengan semua ini. Kenapa ayah malah marah saat aku pulang terlambat unruk alasan yang logis. Dan apa masalah yang sedang dihadapi ibu saat ini. Aku berpikir mungkin mereka habis bertengkar. Tapi biasanya dengan mudah dan seperti anak kecil, mereka akan berbaikan kembali.

Karena rasa ingin tahu masih menghantuiku, aku menuju ke kamar adikku yang bersebelahan dengan kamar orang tuaku. Berharap dia mengetahui sesuati yang tidak kuketahui. Kubuka pintunya tanpa mengetuk lagi. Kulihat adikku sedang membaca komik sambil berbaring di atas ranjang.

“Eh, kakak sudah pulang ya?”

Ya iyalah, batinku. Kalau belum pulang bagaimana aku bisa masuk ke kamarmu?

“Iya, dari rumah teman, Ndre.” hanya itu jawabku.

“Hm, pasti dari rumah cewenya Kakak ya?” tanya adikku penuh selidik.

Dasar ingin tahu saja. “Bukan kok. Enak aja! Abis dari rumah Dani kok.” timpalku.

“Oh…” rasa ingin tahunya sedikir memudar, karena dia tahu Dani adalah teman baikku di sekolah.

“Andre, Ibu kenapa sih? Kayaknya tadi abis nangis deh.” aku mencoba bertanya.

“Oh, tadi aku sih cuma denger dari sini doang. Ayah dan Ibu bertengkar tapi gak tahu juga masalahnya apa. Aku gak berani tanya-tanya sih. Takut…”

“Hm… Ya udah deh cuma mau tanya doang sih.” aku langsung pergi meninggalkan adikku.

******************************************************************************

Keesokan harinya, langit begitu cerah, tapi suasana dalam rumahku jauh dari kata cerah. Kebahagiaan yang biasa memancar dari ayah dan ibu sekarang malah menampilkan kebencian. Setelah teriakan ibu terdengar dari dalam kamar, suasana dalam rumah menjadi tak menentu. Makan pagi pun dilakukan dalam diam, tak ada tegur sapa yang biasanya menjadi kekhasan dalam rumah kami.

Yang kutahu sekarang adalah keadaan di rumahku semakin memburuk dari yang kemarin. Mendengar dari apa yang diteriakkan ibuku saat bertengkar mungkin ada orang ketiga yang mengisi kehidupan ayah dan ibu. Aku berusaha untuk menahan rasa marah dan ingin tahu, karena aku tak mau ibu bertambah sedih dengan pertanyaan-pertanyaanku.

Sepulang sekolah, aku kembali memikirkan keadaan di rumah dan muncul rasa malas untuk langsung pulang ke rumah. Aku pun berpikir untuk jalan-jalan sebentar ke Plaza Semanggi sekedar untuk menghabiskan waktu di sana. Setelah memarkirkan motorku, aku masuk ke dalam salah satu kafe. Yang kupesan hanyalah secangkir cappuccino. Kemudian aku mencari tempat duduk di sudut dan duduk di sana. Sambil memandang ke luar jendela kafe tersebut aku kembali memikirkan masalah ayah dan ibuku. Ingin sekali aku membantu mencari jalan keluar.

Seiring waktu berlalu, aku berpikir sudah saatnya aku pulang. Jam tanganku pun sudah menunjukkan pukul 04.35. Dari sini mungkin aku baru sampai rumah jam 5 tepat. Saat aku beranjak dari tempat dudukku. Kulihat melalui jendela,dari jauh ada sosok ayahku dengan seorang wanita muda di sampingnya. Wanita itu merangkul mesra tangan ayahku. Dan terlihat ayah tertawa manja dengan wanita itu. Terlihat hubungan mereka bukan hanya pertemanan biasa. Amarah yang semula bisa kutahan sekarang hampir meledak begitu saja. Dengan terburu-buru aku keluar dari kafe itu dan berlari menuju ayahku. Kucoba mengejarnya, namun begitu aku sampai di luar kafe. Sosoknya telah lenyap bersama kumpulan orang yang lalu-lalang.

Dengan perasaan yang maikin tak menentu, aku percepat laju motorku agar cepat sampai di rumah. Aku ingin sekali mengingkari apa yang baru saja kulihat. Tapi apa yang kulihat sudah membekas dalam ingatanku. Ya, dia memang ayah. Dan rasa benci pun muncul dalam hatiku. Mengapa dia setega itu sampai mengkhianati ibu?

Sesampai di rumah, aku langsung mencari ibuku. Ternyata dia sedang pergi juga. Kuurungkan niatku menceritakan apa yang kulihat tadi. Ketika malam sudah larut, ibu menelepon ke rumah. Dia berkata bahwa saat ini dia sedang di rumah bibiku mungkin baru besok pagi dia akan pulang. Aku tak mau ambil pusing dan hanya mengiyakan saja. Sebab aku tak mau membahas ini melalui telepon, aku ingin bertemu muka dengan ibuku.

Esok harinya, aku bangun cukup pagi. Namun saat teringat apa yang terjadi kemarin, rasa benci pada ayahku semakin bertumpuk. Ternyata ayah tidak pulang sampai pagi ini. Dan ibu mengirimkan SMS padaku yang mengatakan bahwa dia belum bisa pulang pagi ini. Mungkin baru nanti siang dia baru kembali. Aku tak menjawab SMS-nya. Yang penting bagiku saat ini ibu baik-baik saja. Masalah bahwa ayah pergi bersama wanita lain, bisa dibicarakan nanti. Toh, aku sudah tahu masalah apa yang sedang dihadapi ibu, mungkin nanti setelah ibu pulang aku akan membicarakannya, berharap bisa membantunya meski hanya sedikit.

Hari ini aku malas ke sekolah. Kupikir aku lebih baik di rumah saja sambil menunggu kepulangan ibu dari rumah bibi. Adikku yang penuh keingintahuan bertanya kenapa aku tak mau pergi ke sekolah. Dengan sedikit berbohong kukatakan bahwa hari ini aku pusing. Akhirnya aku menunggu di rumah dan mengisi waktu dengan menonton TV.

Menjelang jam makan siang, ayah pulang ke rumah. Tumben, buat apa dia pulang? Bukannya saat ini seharusnya dia ada di kantor? Mungkin dia berpikir ibu ada di rumah dan berniat membicarakan sesuatu.

Saat dia akan masuk ke dalam rumah aku pun buru-buru turun dari kamarku. Begitu bertemu muka dengan ayahku, emosi yang kutahan sejak kemarin tak bisa lagi kubendung.

“AYAH! Segitu teganya ayah pada ibu!”

Ayah kaget mendengar teriakanku. “Apa maksudmu! Dan kenapa kamu ada di rumah jam segini? Kamu seharusnya ada di sekolah!”

“Aku mau agar Ayah jujur! Siapa wanita yang kemarin bergandengan tangan dengan Ayah?”

“KAMU! Kenapa kamu bisa…”

“Kenapa Aldo bisa tahu? Karena kemarin aku lihat dengan mata kepala sendiri!” dengan cepat kupotong omongan ayah.

Kring… Kring… Telepon berbunyi tak ada yang menghiraukan.

“Sudahlah! Itu bukan urusan kamu!” ayah berusaha menghindar.

“Bukan urusanku! Enak saja! Ayah, senang membuat Ibu menderita?”

Kring… Kring…

“Bukan seperti itu, Aldo! Kamu tak mengerti apa-apa.”

“Apa maksud Ayah? Sudah jelas aku melihatnya kemarin. Buat apa berbohong lagi, Yah!”

Kring… Kring… Tetap tak kuhiraukan dering telepon itu.

“Kita bicarakan nanti saja. Kamu angkat telepon itu dulu, Do.” ayah kembali menghindar.

Ingin aku mendebat ayah sekali lagi, tapi kutahan emosiku dan aku berjalan menuju telepon. Kuangkat telepon itu dan apa yang baru saja kudengar membuat hatiku dingin. Kabar yang kudengar membuatku hanya diam dan tak berkata apa-apa lagi.

Yang kudengar dari suara di ujung telepon adalah ibu mengalami kecelakaan saat hendak pulang ke rumah dan dia tewas seketika dalam kecelakaan itu. Kupikir semuanya bisa kembali seperti dulu, seperti saat ayah dan ibu saling mencintai. Kembali menjadi suatu keluarga utuh tanpa ada perselisihan. Meski dadaku terasa penuh dengan berbagai perasaan yang campur aduk menjadi satu, aku mencoba berpikir dan berharap agar aku bisa memutar kembali waktu sebelum semuanya terlambat dan berakhir seperti ini.

By Rein

Minggu, 15 Februari 2009

YIHA!!!

February 13, 2009
Quote yang gw tulis di title boleh diartikan apa saja. Karena di hari ini gw merasa begitu sial dan begitu beruntung dan begitu kesal serta juga begitu senang. Jadi bisa dikatakan semua emosi menumpuk pada hari ini.
Di pagi hari, gara-gara abis ulangan bahasa dewa (bahasa arab) gw akhirnya memutuskan untuk ke toilet, karena di tengah ulangan gw kesentor AC di kelas. Di tengah perjalanan ke toilet gw bertemu salah satu guru kewarganegaraan yang namanya Pak P**lus. Dan saat gw menyapa dia, dia berusaha dengan jayusnya memplesetkan nama asli gw. Dia manggil gw dengan nama gw yang dengan maksudnya adalah plesetan dari es krim “Meiji”… What d F*#K?????

Kejadian ke dua terjadi saat gw kembali ke kelas dari gedung perpus lt.4 ke kelas yang ada di bangunan utama di lt.2. Di saat gw akan menaiki tangga menuju lt.2 yaitu mau ke kelas gw, gw lagi bengong karena gw ngantuk banget. Dan ternyata di tangga ada orang aneh yang menanti saat gw lagi bengong itu. Dia adalah guru OR gw yang gokil…. Kepret!!!! Kaget gak ketulungan!!! SIAL!!!!
Karena gw dengan salah seorang teman gw adalah orang yang sampe kelas paling cepet, ternyata di dalam kelas telah menunggu kejutan lain. Dimana guru seni gw udah nunggu di dalem kelas gelap-gelapan karena mau ngagetin anak yang pertama kali masuk ke kelas…

Freak!!!! KENAPA SEHARIAN INI GURU-GURU GW JADI PADA ANEH!!!!

Hari ni pun gw merasa amat-amat kecewa dengan sikap bokap gw yang jauh dari kata dewasa. Kalau mau dibilang, bokap gw bukan orang yang jahat, tapi dia merupakan orang yang gak ngerti situasi dan kondisi sehingga maikn lama terlihat maikn kekanak-kanakan…

Yeah gitu deh


Rein

hi!!!

February 9th, 2009
Sudah cukup lama gw tidak mengisi jurnal ini dengan apa yang sedang ada di dalam pikiran gw. Hal ini dikarenakan oleh kesibukan gw yang tiada henti (ciailah sok sibuk). Sepertinya dari rutinitas minggu lalu dan minggu ini, Vermillion92 dan Tormented_Complex jauh lebih sibuk dari gw. Secara dengan segala kelebihan mereka, mereka adalah anak IPA di SMA. Sedangkan gw, lebih memilih untuk hidup berkutat dengan seni (ciailah!!!) dalam kata-kata *alias gw adalah anak bahasa*

Mohon doanya ya… Tanggal 18 Februari 2009 gw bakalan ikut lomba programming di Canisius College. Mohon doa agar supaya gw bisa melakukan apa yang terbaik. Dan kalo emang gw bakal kalah, gw kalah gak malu-maluin. Karena gw yakin saingan-saingan gw jauh lebih hebat dari gw. Selain itu gw juga udah cukup lama gak megang software-software yang bakal dipake buat lomba. Jadi gw yakin harapan gw untuk eksis di lomba ini sangat kecil. Gw ikut ini juga supaya ada pengalaman aja. Hahahahaha

Oiya, saat ini gw merasa sedang dalam kondisi terbosan (lagi) setelah hampir setengah tahun terakhir gw jarang merasakan hal ini untuk waktu yang cukup lama.

Di sisi lain, gw ingin bertanya sama lu semua,
Apakah akhir-akhir ini ada yang berubah dari gw?
Yah gw tahu akhir-akhir ini gw menjadi orang yang bisa dibilang luar biasa cuek. Itu terjadi karena saat ini banyak hal yang menjadi beban pikiran gw. Banyak banget.
And TC, It doesn’t mean that I don’t want to talk with you and have a chat with you. But in a case like this, I just need a time to calm down my mind. I need a calm situation. (and you always in rush with me and try to hug me like that so in that case I’ll do nothing. Not mean that I’m angry to you. But I’m not very keen in responding your hug)

In this post, I’ll tell you some of my problems
First, my brother has a girl friend. They have been a relationship for more 5 years. His almost-wife is a Moslem and my bro is Catholic. Sometimes they have a small difference about their belief. And my bro have been thinking about it many times, and he decided to across his religion into Moslem.
I understand that he wants to be in one with his almost-wife, but my parents don’t agree with that. Their faith in our God is very strong.
Second, my bro will marry soon in the end of this year. I have thinking so much about this. If he gets married, in my house there will be only my parents and me. And it makes everything become harder than before. That’s mean I’m the only one child in my house. And also, I’ve got a plan of study abroad for my university. But no one can take care of my parents. Because after get married, my brother will live somewhere with his wife.

What should I do?
What will happen next?
That’s only some parts in my life that causes trouble.
But how about another parts???

Who can help me?
Only myself…


Rein

Tangis

Aku menangis
Bukan untuk diriku sendiri
Tapi karena terbakar amarah

Aku menangis
Bukan untuk merasakan kepedihan dalam hati
Melainkan untuk membakar dan menghapus emosi dalam hati

Aku menangis
Untuk menghapus kepiluan yang ada dalam hati
Untuk menghilangkan kekecewaan yang kurasa

Dan setelah tangisku berhenti
Semua telah sirna begitu saja

Rein

Sabtu, 07 Februari 2009

Mymemine

Mymemine

what imagination appear in your head when you read it?

something strange?
something wierd?
something funny?
something cute?
something meaningless?
something nothing?

Mymemine

a word that completely "my"
a word that completely "me"
a word that completely "mine"

Mymemine

a perfect symbol of egoistic
a perfect symbol of me

Mymemine

Maybe you just don't realize it

Mymemine

is me

~vermillion92

Jumat, 06 Februari 2009

Take my breath away

I say to the moon, please lead me to the darkness so I can leave this unknown life.
I say to the night, leave me in the deep of reality.
I say to the star, stop lighting me with your bright cause I cannot leave the darkness alone.
I say to my life, release my soul and give me the freedom.
I have to try many times to continue my life in the right way.
But many of them lead me to the worst part of the earth.
I just want to stop all of this madness.
I just want my freedom back.
I don’t want to lay down for someone.
I live this life for my sake.
Not for others.
(yeah this is my ego)

Rein

Sampai Kapan?

Kubertanya pada bulan, kapankah kau akan datang menjemputku ke dalam kegelapan?
Kukatakan pada kegelapan, masukah kau mengajakku pergi bersamamu?
Kukatakan pada cahaya bintang, berhentilah menyinariku dengan cahayamu, karena semua ini tak bisa mencairkan dinginnya hatiku.
Secepatnya, aku ingin segera merengkuh kebebasan ke dalam tanganku.
Biar diriku dapat segera melupakan semua kepahitan yang pernah kurasakan.
Biarkan diriku ini dapat melakukan apa yang kumau.
Biarlah aku mendapatkan apa yang kuharapkan.
Dan ijinkanlah diriku ini melihat sisi lain dari kematian.
Bukan sebagai waktu untuk berduka.
Tapi sebagai saat dimana jiwaku bebas dari segala keterikatan.
Dari segala kejemuan yang pernah kurasakan di dunia.

Rein

Life is Complicated

Yeah this life is very complicated
You have a complicated situation
Complicated relationship
Complicated problems
Complicated point of view
Complicated emotion
Complicated reaction
Complicated feeling
Complicated condition

We need to do anything with this life
And you need to do your best
But it’s about your choice
You want to do the right thing or the bad?
You always have two choices
But you need to give only one answer
And after you answer that question
No way to change your answer

So as we know
Time never comes back

Rein

Haste my life

Even if you embrace me until it's suffocating
We will never become one.
In a place deeper than gentleness
Touching each other is merely pain.
Please bind the two of us.
We will dream no more,
Joining hands in uncertainty
Walking towards
The cruel dawn.
True words are surely
Somewhere in the true world,
Lurking
In our wordless night.
Surely even now
Meeting each other in order to know loneliness,
We won't know until we exchange a kiss.
Even so, I am trembling with the joy
Of having met you.
Please support my heart.
We will dream no more,
We can't run to a warm place.
We will surely overcome
The cruel dawn.
The abandoned quietness
Will surely find
The true words
In order to lovingly hurt each other.
Someday surely
Even if you embrace me until it's suffocating
We will never become one.
O cold starts before dawn,
Please light
The path that's just for us.

Itu merupakan terjemahan dari lagu “michiyuki” yang berasal dari anime yang judulnya “Loveless”. Tapi ini juga merupakan salah satu lagu yang mengisi hidup gw dari kehampaan. Entah kenapa kalo mau dibilang selera musik gw rada aneh. Yah gw bisa denger dari lagu-lagu hard metal sampai lagu yang dianggep orang lain lenje (manja-manja gimana gitu).

cahaya bulan menusukku dengan ribuan pertanyaan
yg takkan pernah ku tau dimana jawaban itu
bagai letusan berapi bangunkan ku dari mimpi
sudah waktunya berdiri mencari jawaban kegelisahan hati

Nah, kalo yang ini merupakan petikan dari lagu yang jadi OST dari film Indonesia dengan judul “Gie”. Dan ini merupakan salah satu film Indonesia yang gw anggep bagus. Karena sedikit banyak film ini dan kisah yang diangkat berhasil menginspirasi hidup gw. Yeah secara pribadi gw menganggap Soe Hok Gie sebagai suatu sosok yang unik dan layak untuk dikaji lebih jauh. Jadi gw seneng aja dengan gagasan sang sutradara untuk mengangkat kisah hidup Gie menjadi suatu film yang emang sama sekali bukan film murahan.

Rein