Sabtu, 05 Januari 2008

Yah ini lah masalah hidup seorang bernama Rein

Seseorang berkata padaku bahwa kebenaran ada di dalam suatu kenyataan yang kadang tak terungkap.
Tapi aku tak pernah tahu kapan aku akan menemukan kebenaran itu.
Selama aku memandang dunia ini dan berusaha melihat kenyataan yang ada, aku belum menemukan apa yang menjadi kebenaran sejati.
Di tengah kebingungan, aku kembali berpikir apakah kebenaran sejati itu ditutupi oleh kebenaran-kebenaran lain.
Ataukah kebenaran yang ada selalu ditutupi oleh mimpi-mimpi manusia?
Dan apakah manusia yang selama ini menutupi kebenaran dalam mimpinya mampu melihat kebenaran?

Selama aku berpikir, datanglah seorang laki-laki di hadapanku.
"Kau yang haus akan kebenaran datang dan mendekatlah padaku."
Aku yang masih termenung, menajadi terkejut dan menatapnya, kemudian aku mendekatinya.
"Aku melihat bahwa dirimu mencari kebenaran yang ada di dunia ini. Aku dapat menunjukkan kebenaran itu padamu."
Aku begitu terbuai dengan kata-kata itu.
Rasa ingin tahu menjamah kesadaranku.
"Benarkah kau dapat menunjukkannya padaku?"
"Ya, aku akan menunjukkan itu padamu, asalkan kau mau menjadi seperti aku."
"Sepertimu? Apa yang kau maksud?"
Dia tersenyum dingin.
"Aku tak seperti yang kau bayangkan."
Aku semakin bingung, yang ada dihadapanku adalah sesosok laki-laki dengan penampilan biasa meskipun mempunyai kelebihan dalam bentuk wajah yang pasti akan dilirik setiap wanita (aku iri dengannya).
"Aku adalah iblis."
Aku hanya terpaku.
"Aku dapat memperlihatkan padamu bagaimana sebenarnya kebenaran itu. Asalkan kau mau memberikan dirimu pada kami."
Apa yang dia pikirkan? Kupikir dia manusia biasa. Jujur, aku semakin bingung. Namun rasa ingin tahuku lebih besar lagi.
"Apa maksudmu dengan menjadikanku iblis maka aku dapat menemukan kebenaran?"
"Itu hanyalah sebuah syarat. Lagipula bila kau menginginkan sesuatu, maka kau harus memberikan sesuatu yang setara. Itukan peraturan dalam hidup kita."
Sial! Aku semakin dibuat bingung olehnya.
"Jadi harga jiwaku sama dengan kebenaran itu?"
"Itu hanya sebuah imbalan. Tak lebih dan tak kurang."
Jadi kebenaran yang kucari hanya bernilai segitu???
"Ayolah buat keputusan yang jelas, aku tidak akan memberikan tawaran ini untuk kedua kalinya pada orang yang sama apabila kau menolaknya."
Dia semakin membuatku bingung.
"Kau takut menjadi iblis ya… Hahahahaha. Kau amat bodoh. Buat apa kau takut. Bila kau menjadi iblis, maka kau tidak mendapat kerugian apapun."
"Tapi…"
"Kau memikirkan apalagi, menjadi iblis itu mudah tugasnya tidak berat. Kau hanya perlu menjerat manusia-manusia lemah untuk masuk kedalam jurang. Dan dari sanalah kau dapat melihat kebenaran yang sesungguhnya."
Ah, kata itu lagi yang mengerakkan diriku. Aku semakin terjerat dalam permainannya.
"Aku yakin saat menjadi iblis akan mudah bagimu untuk menjerat manusia, semakin banyak manusia yang kau jerat, semakin dekat juga jalanmu pada kebenaran."
Kebenaran, hanya kata itu yang terus menarik dan menjeratku.
"Aku, aku…."
Aku semakin bingung.
"Buat apa kamu ragu. Ini meerupakan jalan yang diberikan padamu untuk mencari kebenaran itu. Buat apa kau lepas kesempatan ini. Bila kau mencari jalan yang lain, apakah kamu dapat menemukannya? Belum tentu! Lagipula kapan kau akan bertemu jalan yang lain itu? Kapan???"

Yah inilah cerminan hidup gw saat ini….
Ada yang punya solusi????
Kalo ada isi teriakannya….

Tidak ada komentar: