Rabu, 03 Maret 2010

Tupai yang Hilang

Alkisah ada seorang anak laki-laki yang tinggal bersama dengan kakeknya. Suatu hari, saat mereka sedang berjalan-jalan di taman, sang kakek memberikan nasihat bagi cucunya.

“Kita tidak boleh sombong. Ingat sepandai-pandainya tupai melompat, jatuhnya ke lubang juga”

Demikianlah nasihat sang kakek. Tentulah nasihat bijak tersebut tidak sembarangan ia berikan kepada cucunya. Mengingat usianya yang sudah melebihi setengah abad, pasti pengalamanya telah banyak memberikan pelajaran hidup baginya.

Akan tetapi, anak laki-laki itu sangatlah pandai. Ia penuh rasa ingin tahu dan selalu bersemangat. Ia pun langsung bertanya pada kakeknya.

“Lalu bagaimana nasib tupai itu, Kek?”

Kakeknya pun sangat kaget mendengar pertanyaan dari cucunya itu. Ia tidak pernah mendapatkan pertanyaan semacam itu apalagi memikirkan jawabannya. Tetapi ia malah tertawa dan berkata

“Hahahaha…. Kau memang sangat pandai cucuku. Suatu saat nanti kau pasti akan menjadi orang sukses”

Tetapi anak laki-laki itu tidak menginginkan suatu pujian. Ia menginginkan jawaban dari pertanyaannya dan kakeknya tidak mampu memenuhinya.

Beberapa tahun kemudian, anak laki-laki itu pun bersekolah. Ia termasuk murid yang cerdas dan cekatan. Ia juga mudah bergaul sehingga tidak heran kalau ia memiliki banyak teman.

Saat pelajaran di sekolah, anak laki-laki itu mendengar sang guru berpesan.
“Dalam hidup ini tidak ada orang yang dapat hidup bahagia selamanya tanpa merasa kesulitan sedikitpun. Ingatlah, sepandai-pandai tupai melompat jatuhnya ke lubang juga”

Anak laki-laki itu pun teringat akan perkataan kakeknya beberapa tahun lalu. Dengan penuh harapan ia pun segera mengajukan pertanyaannya yang dulu tidak bisa dijawab kakeknya.

“Bu, bagaimana nasib tupai yang jatuh itu? Apa yang terjadi padanya?”
Sang guru begitu kaget mendengar pertanyaan muridnya. Ia belum pernah mendengar pertanyaan semacam itu, apalagi memikirkan jawabannya. Tetapi ia malah berkata pada muridnya,

“Dari mana kau mendapatkan pertanyaan seperti itu?”
Anak laki-laki itu pun menjawab dengan jujur.

“Saya hanya penasaran saja bu guru”

“Sebaiknya kau tidak usah memikirkan hal itu. Masih banyak hal lain yang lebih penting yang harus kau pelajari”

Kemudian sang guru meneruskan pelajarannya dengan topik yang lain. Tentu saja anak laki-laki itu amat kecewa. Apalagi sang guru malah mengganggap pertanyaannya hal yang tidak penting. Padahal baginya hal tersebut sangat membuatnya penasaran.

Tahun demi tahun berlalu. Anak itu pun tumbuh dewasa. Ia tampan, cerdas, atletis, dan penuh talenta. Ia lulus dari bangku kuliah dengan predikat cum laude. Di tempat kerjanya ia menjadi orang yang sangat dihormati oleh rekan-rekan kerjanya. Hidupnya seolah boneka porselen cantik dan tanpa cacat. Walaupun demikian hatinya merasakan kekosongan yang sangat dalam karena ia belum mendapatkan apa yang ia inginkan. Jawaban atas pertanyaannya. Sampai saat ini belum ada orang yang benar-benar serius menanggapi pertanyaannya. Ia pun mulai mempertanyakan dirinya sendiri. Benarkah hal itu memang sangat penting, atau hanya ilusi semata?

Akhirnya anak laki-laki itu pun menua. Ia terkena penyakit kronis yang menyerang paru-parunya. Karena kondisi kesehatannya yang memburuk, dokter pun menyarankannya untuk tinggal di daerah pegunungan, di mana pohon-pohon tumbuh subur, udara bersih, dan burung-burung bersiul merdu. Ia pun pindah ke sebuah villa sederhana di daerah pegunungan yang masih asri. Saat sedang berjalan-jalan di tengah hutan di dekat villanya, anak laki-laki itu melihat ke atas pohon ek yang besar. Ada beberapa ekor tupai sedang berlompatan ke sana ke mari sambil mengambil buah dari pohon tersebut.

Ia memutuskan untuk mengamati salah satu tupai tersebut. Tupai itu terus melompat dari dahan satu ke dahan yang lain. Setiap kali ia meompat ia berada semakin tinggi dari tanah. Terus melompat ke atas, mendekati pucuk, menjauhi tanah. Akhirnya setelah mendapatkan cukup buah tupai itu melompat masuk ke lubang. Ya, ia masuk ke lubang dan bukan jatuh ke lubang.

Rasa ingin tahu anak laki-laki itu muncul kembali. Ia bergerak mendekati pohon ek itu dan melihat ke dalam lubang yang dimasuki si tupai. Ternyata di dalam lubang itu ada tiga ekor anak tupai kecil. Mereka sedang menikmati santapan lezat hasil jerih payah orang tuanya.

Di akhir hayatnya anak itu memang tidak menemukan jawaban atas pertanyaanya. Tapi ia menemukan bahwa nasihat sang kakek dan sang guru salah. Tupai yang pandai melompat itu akan terus melompat tinggi sampai ia mendapatkan apa yang ia inginkan. Setelah mendapatkannya ia akan masuk ke dalam lubangnya dan membagikan kebahagiaannya pada tupai lainnya. Tidak ada tupai yang jatuh karena mereka memutuskan sendiri untuk masuk ke dalam lubang. Setelah melihat kejadian itu, anak laki-laki itu pun menutup matanya dan ia melihat cahaya menerangi dirinya.

~vermillion92
ps : cerpen pertama yang berhasil selesai!!!!

Tidak ada komentar: