Sabtu, 27 Februari 2010

Kebencian itu turun ke hati dan membatu di sana

Apa yang akan terjadi bila anda mengkalkulasikan emosi yang selama ini anda rasakan di dalam hati anda tanpa mengeskpresikannya lebih lanjut?

Apa yang akan terjadi bila kebencian yang anda rasakan tidak dapat anda keluarkan?

Apa yang terjadi bila rasa benci dan amarah itu hanya dapat anda pendam setiap hari, selama berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun?

Akhir-akhir ini, perasaan seperti itulah yang terus menghantuiku. Perasaan terkekang akan emosi pribadi yang tak pernah bisa diekspresikan dengan sempurna. Yang akhirnya malah membuatku memukul-mukul benda keras (seperti tembok ) atau bahkan mengerang tanpa mengeluarkan suara hanya untuk mengeluarkan emosi itu (meski cara-cara seperti ini tidak akan sepenuhnya berhasil meredam rasa-rasa itu, karena perasaan itu sekejap redam karena rasa sakit fisik, sedangkan sakit dalam hati tak akan pernah hilang).

Aku merasa semua hal ini adalah suatu kegilaan. Aku sebenarnya tak sanggup untuk bertahan lebih lama lagi. Hanya karena alasan-alasan tertentulah aku berpura-pura untuk bertahan (yang pada akhirnya malah menambah luka dalam hati).

Aku tahu, aku harus menghentikan kegilaan ini. Tapi apakah aku bisa. Kebencian dan kehancuran yang menenggelamku berasal dari seorang yang mempunyai pertalian darah denganku. Seseorang yang tak bisa kusingkirkan begitu saja dari hidupku. Karena mau tak mau aku tinggal seatap dengannya dan hidupku terikat dengannya. Tak mudah untuk membenci orang yang begitu dekat dengan kita. Apalagi aku menyadari bahwa semua ini terjadi karena perubahan sikapnya begitu aku telah dewasa di mana kenangan-kenangan indah masa kecil bersamanya masih terpatri dalam ingatanku.

Semua menjadi kontradiktif, dan itu semua berlaku hanya dalam diriku. Karena dia selalu bersikap tak peduli akan perasaan orang lain. Selalu melakukan apa yang dia inginkan tanpa melihat apa akibatnya bagi orang lain. Tanpa melihat seberapa banyak orang yang disakiti karena tindakannya, termasuk diriku sendiri dan orang-orang lain yang aku cintai.

Aku pun hanya bisa mempertanyakan kapan semua ini dapat berakhir, apakah kematianku atau kematiannya dapat memberikan sebuah jawaban atas pertanyaan ini?

Tidak ada komentar: