Selasa, 09 Februari 2010

KEMUNAFIKAN TINGKAT TINGGI

Sebuah kenyataan belom lama ini baru saja gw ketahui, kalo ternyata wali kelas gw adalah orang terbangsat yang pernah ada di jagat sekolah gw.

Semua ini berawal dari cara dia mengajar yang gak bisa diterima murid dengan mudah, karena bila kita membuat tugas-tugasnya, semua harus sesuai dengan kemauan dia. Dan bila ada suatu hal saja yang sedikit berbeda dengan keinginannya, maka akan dikritik olehnya secara habis-habisan. Apalagi jika kita mendapat tugas presentasi darinya. Dia akan mececar kita dengan berbagai pertanyaan yang seolah tak ada habisnya dan membuat kita kesal bukannya senang karena bisa menjawab pertanyaan tersebut.

Sebenarnya itu semua belum apa-apa. Tapi karena keperfeksionisannya, dia semakin menjadi-jadi. Awalnya setelah kelas kita menegurnya dengan cara mengajarnya, bahkan sampai memanggil gw yang sebernernya gak mau ikut campur, untuk menanyakan opini gw, gw hanya mendapat jawaban bahwa dia merasa kalau selama ini dengan cara mengajar seperti itu dia tak pernah bermasalah dengan murid.

Semakin lama gw semakin benci dengan keegoisannya, sedikit banyak gw mulai kehilangan respek padanya. Gw gak peduli orang mw bilang dia lebih tua atau lebih pengalaman, tapi selama ini gw gak bisa menerima cara dia yang gak adil dan gak mau dikritik gw juga gak akan respek sama dia.

Selama dikritik dia selalu berdalih kalau dia yang benar. Di sini gw setuju dengan Soe Hok Gie, “GURU BUKAN DEWA DAN MURID BUKAN KERBAU!” itulah yang seharusnya tertulis atas tangga sekolah gw, bukan sebuah tulisan yang gak berguna seperti “SMILE makes this place a better place”. Sekolah gw gak akan pernah menjadi sebuah tempat yang lebih baik hanya dengan senyum kemunafikan dari guru dan kepengecutan dari murid.

Belum lama ini sebuah klimaks sudah terjadi, meski tak semua orang tau dengan keadaan yang sebenarnya. Tapi di sini gw pengen menceritakan dengan jelas apa yang terjadi dan apa yang gw sebut klimaks dari segala kemunafikan.

Selama ini kelas gw sempat merasa kalau dia sedikit berubah (terutama anak-anak kelas gw, meski dari opini anak-anak kelas laen dia tetap menjadi orang yang luar biasa sialan). Bisa dikatakan setelah ada masalah besar antara kelas gw dengan salah satu pengajar asing, dia tak pernah mempermasalahkan masalah apapun di kelas gw. Namun tiba-tiba kelas gw mendapat sebuah pertanyaan yang mengejutkan dari wali kelas kita tahun lalu, “ada apa antara kalian dengan bu X?” Semua anak di kelas sontak kaget dan bingung karena selama ini mereka menganggap tak ada masalah yang terjadi antara kita sebagai satu kelas dengan wali kelas ini. Toh, ternyata selama dia tak pernah membicarakan apapun dengan kita, dia selalu bergosip dan membicarakan kelas kami di ruang guru. MAN!!! KURANG MUNAFIK APA COBA???!!!!

Itu hanyalah sebuah hal kecil yang dibesar-besarkan olehnya dan membuat respek gw ke dia berkurang, tapi pada saat itu gw hanya menjadi orang yang gak ambil pusing dengan persoalan itu.

Namun sekarang lain permasalahannya. Kelas gw dengan sebuah kelas ipa akan mempersiapkan sebuah seremoni bersama, dan itu membutuhkan waktu. Di sisi lain, sebagai murid tingkat akhir, kita harus menjalani berbagai persiapan ujian yang juga memakan waktu dan tenaga. Bisa dibilang kalau kita saat ini membutuhkan waktu satu hari menjadi 48jam.

Seremoni itu ternyata diadakan di tengah-tengah tryout. Sebuah momen krusial bagi kami, yang harus kami persiapkan dengan teliti ternyata berlangsung di saat yang sama dengan ujian percobaan. Ini adalah sebuah cobaan yang berat bagi kami.

Saat kita mengetahui bahwa jadwalnya akan seperti itu, seorang guru lain bernama bapak Y mencoba membesarkan hati kami untuk berbicara lewat wali kelas untuk membahas masalah ini ke kepala sekolah supaya seremoni dapat digeser waktunya. Dan dengan baik hati, bapak Y memberikan sebuah fotocopyan jadwal milik guru-guru, agar bisa memberikan data untuk menentukan kapan seremoni akan berlangsung jika waktunya diundur.

Dengan cukup percaya diri, ketua seremoni dari kelas gw berbicara dengan wali kelas. Dan saat itu wali kelas bukannya malah membesarkan hati dan memberi dukungan untuk menggeser seremoni tersebut, dia malah menjudge kalau gak mungkin seremoni itu bisa digeser. Dan dengan sikapnya yang annoying dia bertanya pada ketua seremoni, dari mana dia mendapat jadwal guru2. Mau tak mau dijawab kalau itu didapatnya dari bapak Y.

Keesokkan harinya, ketua seremoni dipanggil oleh bapak Y. BELIAU MARAH KARENA IBU X MARAH KE DIA DAN BILANG , “BUAT APA KAMU IKUT CAMPUR URUSAN KELAS ORANG LAEN!!!”

OMG, gw merasa yang wali kelas gw adalah bapak Y, sedangkan ibu X hanyalah seorang nyamuk yang gak dianggep tapi nyusahin di kelas gw.

Semenjak momen itu, respek gw ke dia tak bersisa sama sekali.

1 komentar:

ketua seremoni mengatakan...

gua sangat mendukung bapak Y sebagai wali kelas. beliau adalah orang yang sungguh peduli dengan apa yang dihadapi kelas kita.