Rabu, 26 Mei 2010

Memoar Indonesia (2)

muncullah sebuah gerakan
mengoyak tirani yang menyelubungi diriku
dari sekelompok orang yang prihatin dengan keaadanku
mereka adalah bangsaku sendiri
generasi muda dan berpendidikan
dengan berani menyuarakan apa yang aku inginkan
ya sebuah perubahan pada diriku sendiri
mengubah yang lama menjadi baru
menggantikan orde yang ada

aku tahu agar terjadi perubahan nyata
perlu sebuah titik balik
dan aku pun menetapkan titik balik itu
30 september 1965
aku perlu tokoh baru sebagai pemimpin
dan hanya ada satu orang saja
yang tetap tinggal bersamaku walaupun aku sedang kesulitan
ya, aku yakin ia dapat mengubah diriku
ya, di mataku sang jendral bagaikan pangeran berkuda putih
yang siap membawaku ke istananya dan menjadikanku permaisurinya

akhirnya tirani itu runtuh
sang jendral naik pangkat
awal yang bagus kupikir
dengan rancangan program pembangunan yang cukup sukses
kurasa aku akan mendapatkan kebebasanku sepenuhnya
dan aku akan menjadi negri terindah

sayangnya sang jendral menyembunyikan terlalu banyak hal
ternyata selama ini aku telah dibohonginya
panas hatiku bila harus mengingatnya
pembangunan? apa yang dibangun?
toh, hanya ibukota saja yang besar
potensi daerah? nol besar!
ke mana anggaran negara??
kau berikan pada anakmu sendiri,ya?
buat apa kau bunuh dan tangkap rakyat sendiri
lagipula mereka itu rakyatku bukan rakyatmu!
kau perkosa semboyan bhinneka tunggal ika
kau koyak pancasila
kau biarkan aku terjajah lagi oleh ketakutan

kekejaman harus dibalas dengan kekejaman
kau terlalu kejam padaku jendral
dan kekejamanmu sudah berlangsung terlalu lama
kebohonganmu akan membawa dirimu sendiri
ke dalam penderitaan yang tak pernah kaubayangkan
ingat jendral, karma itu ada

-->bersambung

Tidak ada komentar: