Rabu, 15 Oktober 2008

Lepaskan Aku dari Rasa Bersalah Ini

Semakin hari rasa sesal yang ada dalam dadaku semakin menjadi-jadi. Aku berharap dengan sangat semua hal ini dapat berubah. Aku berharap agar aku lenyap dari dunia ini.

Aku mengerti bahwa dia menyayangiku lebih dari apapun juga. Aku tahu dia berharap lebih terhadapku. Aku tahu dia tak hanya menganggapku sebagai teman baik saja. Dia mau lebih dari itu.

Segala gerak tubuh, ucapan, dan kata-katanya yang ditujukkan padaku mengisyaratkan bahwa aku menjadi salah satu bagian yang terindah dari hidupnya. Bahwa aku menjadi orang yang penting dalam hidupnya. Bahwa dia tak bisa melihatku sedih dan membiarkanku terpuruk.

Dan yang kuketahui sekarang adalah aku tak bisa membalas perasaannya. Aku menyayanginya, namun dalam cara yang berbeda. Aku mau berbagi dengannya, namun hati kecilku berkata bahwa aku hanya menganggapnya sebagai sahabat yang baik. Bukan sebagai seorang yang amat penting bagiku. Dia penting bagiku, namun tak bisa menjadi orang yang kucintai.

Berulang-kali. Yah berulang-kali aku mencoba meyakinkan apa yang kurasakan padanya. Aku selalu menegaskan padanya bahwa aku memiliki rasa sayang yang berbeda dengan yang dia rasakan. Namun dia selalu tetap dengan sabar menungguku, sampai nanti perasaanku mungkin bisa berubah untuknya.

Mungkin, yah mungkin. Sejujurnya aku pesimis dengan keoptimisan yang dia tunjukkan. Perasaan itu adalah sesuatu yang tak bisa dipaksakan. Perasaan cinta adalah sesuatu yang tumbuh alami tanpa ada paksaan.

Tapi yang kuketahui sekarang adalah aku saat ini tidak mencintai seseorang secara khusus. Tidak ada orang dari jenis kelamin yang berbeda denganku yang mebuatku merasakan apa yang disebut cinta. Dan karena hal ini jugalah aku semakin bingung untuk menghadapi dia. Dia rela mencurahkan waktu, tenaga, bahkan materinya untukku. Dia rela memberikan apa saja untuk membuatku bahagia. Dan memang aku bahagia karena kebedaan dia sebagai sahabat. Tapi semua itu menyiratkan bahwa dia mengharapkan sesuatu yang berbeda dari yang selama ini ada dalam pikiranku.

Akan mudah bagiku untuk bertindak kejam dan tegas padanya bila aku memang benar-benar mencintai seseorang dan betul-betul menganggap dia begitu berarti. Karena aku bisa menegaskan bahwa dia tidak mempunyai harapan sama sekali. Namun sekarang dengan posisi seperti ini, apa dayaku. Apa yang bisa kulakukan.

Aku sedikit berharap bisa membalas perasaannya agar rasa bersalahku dapat segera menghilang. Namun pada kenyataannya aku tidak bisa membohongi perasaanku sendiri. Tak mudah bagiku untuk mempermainkan perasaan orang lain.

Lalu apa yang harus kulakukan sekarang?

Rein

Tidak ada komentar: